Koalisi yang terdiri dari 55 organisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong memprotes keras cuitan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI Fahri Hamzah di media sosial Twitter. Kelompok yang menamai diri Lingkaran Aku Cinta Indonesia (LACI) itu menilai cuitan dari akun Twitter resmi Fahri merendahkan pekerja Indonesia yang berada di luar negeri.
Baca : Lantaran Tak Ada Biaya, Jenazah TKW Asal Sulsel Tertahan Di Serawak Malaysia
Yang terhormat bapak Fahri Hamzah, kami sudah tidak bisa tinggal diam lagi dengan segala pernyataan Anda terkait BMI yang cenderung menjelek-jelekkan dan sangat tidak menghargai kami, ujar Ketua LACI Nur Halimah lewat keterangan tertulis koalisinya, Selasa 24 Januari 2017.
Dalam cuitan yang telah dihapus tersebut, Fahri dikatakan telah menggunakan kata ganti babu; untuk menyebut pekerja Indonesia. "Hari ini kami sangat sakit hati membaca Twitter Bapak yang mengolok-olok pekerjaan kami dengan kata-kata babu yang mengemis di negeri orang ," ujar Nur.
Mewakili LACI, Nur menegaskan bahwa pekerja migran Indonesia melakukan hal yang halal. Dia memprotes keras istilah mengemis tersebut, yang menurutnya bernada negatif.
Perjuangan buruh Indonesia di luar negeri, kata dia, telah menghidupi keluarga mereka masing-masing.
Baca : Curahan Seorang TKW Di Taiwan, Saya diperkosa Lima Kali Dalam Seminggu
Menurut data LSM di Hong Kong yang kami ketahui, satu orang TKI menghidupi 3 hingga 9 orang anggota keluarganya di kampung halaman. Tidakkah Bapak memikirkan hal ini sebelum merendahkan kami?
Koalisi tersebut pun menuntut Fahri meminta maaf secara resmi atas sejumlah pertanyaannya yang dianggap merendahkan BMI. Fahri disebut menggunakan data tak valid, hingga bisa menuduh adanya 1.000 BMI di Hong Kong yang hamil dan menelantarkan anak. Ada pula protes terhadap pernyataan Fahri yang menyebut 30 persen TKI di Hong Kong mengidap HIV/AIDS.
Baca : Penjelasan Fahri Hamzah Yang Menyebut TKI Ngemis Babu di Twitter
Kami mendorong Majelis Kehormatan Dewan DPR RI untuk mengevaluasi kinerja Fahri Hamzah, dan mempertimbangkan pencopotan yang bersangkutan dari anggota DPR RI, begitu bunyi tuntutan LACI.
Dalam akun Twitternya, Fahri menulis, "Kepada pemangku profesi yang merasa terhina saya minta maaf. Terima kasih." Menurut Fahri, cuitannya bukan soal menghina atau merendahkan.
Baca : Lantaran Tak Ada Biaya, Jenazah TKW Asal Sulsel Tertahan Di Serawak Malaysia
Yang terhormat bapak Fahri Hamzah, kami sudah tidak bisa tinggal diam lagi dengan segala pernyataan Anda terkait BMI yang cenderung menjelek-jelekkan dan sangat tidak menghargai kami, ujar Ketua LACI Nur Halimah lewat keterangan tertulis koalisinya, Selasa 24 Januari 2017.
Dalam cuitan yang telah dihapus tersebut, Fahri dikatakan telah menggunakan kata ganti babu; untuk menyebut pekerja Indonesia. "Hari ini kami sangat sakit hati membaca Twitter Bapak yang mengolok-olok pekerjaan kami dengan kata-kata babu yang mengemis di negeri orang ," ujar Nur.
Mewakili LACI, Nur menegaskan bahwa pekerja migran Indonesia melakukan hal yang halal. Dia memprotes keras istilah mengemis tersebut, yang menurutnya bernada negatif.
Perjuangan buruh Indonesia di luar negeri, kata dia, telah menghidupi keluarga mereka masing-masing.
Baca : Curahan Seorang TKW Di Taiwan, Saya diperkosa Lima Kali Dalam Seminggu
Menurut data LSM di Hong Kong yang kami ketahui, satu orang TKI menghidupi 3 hingga 9 orang anggota keluarganya di kampung halaman. Tidakkah Bapak memikirkan hal ini sebelum merendahkan kami?
Koalisi tersebut pun menuntut Fahri meminta maaf secara resmi atas sejumlah pertanyaannya yang dianggap merendahkan BMI. Fahri disebut menggunakan data tak valid, hingga bisa menuduh adanya 1.000 BMI di Hong Kong yang hamil dan menelantarkan anak. Ada pula protes terhadap pernyataan Fahri yang menyebut 30 persen TKI di Hong Kong mengidap HIV/AIDS.
Baca : Penjelasan Fahri Hamzah Yang Menyebut TKI Ngemis Babu di Twitter
Kami mendorong Majelis Kehormatan Dewan DPR RI untuk mengevaluasi kinerja Fahri Hamzah, dan mempertimbangkan pencopotan yang bersangkutan dari anggota DPR RI, begitu bunyi tuntutan LACI.
Dalam akun Twitternya, Fahri menulis, "Kepada pemangku profesi yang merasa terhina saya minta maaf. Terima kasih." Menurut Fahri, cuitannya bukan soal menghina atau merendahkan.